Saturday, March 26, 2016

Nilai sosial

Anda tentu sudah sering mendengar kata "nilai" atau "norma" dalam masyarakat. Nilai dan norma sangat terkait dengan kehidupan kita sebagai mahkluk sosial. Ketika kita membantu orang lain, sebenarnya kita sedang menerapkan nilai dan norma masyarakat. Namun, apa sebenarnya nilai dan norma sosial itu? Apa perannya dalam perilaku-perilaku individu sebagai anggota masyarakat?

Pernahkah Anda mendengar orang berkata: "Barang itu bermutu, berharga, dan bernilai?" Suatu barang dikatakan bermutu, berharga, serta bernilai apabila barang tersebut berguna atau baik menurut orang yang menilai. Sebagai contoh, uang dikatakan berharga karena dengan uang, orang dapat mencukupi kebutuhan hidup, misalnya membeli makan, pakaian, dan rumah. Buku dikatakan berharga karena melalui buku, cakrawala berpikir manusia dapat dirangsang. Buku juga memberikan banyak informasi yang kita butuhkan. Pemikiran dapat dikatakan bermutu karena pemikiran merupakan cetusan ide yang dapat mempengaruhi, bahkan mengubah dunia. Sebagai contoh, pemikiran mengenai kesatuan dan persatuan yang dicetuskan melalui Sumpah Pemuda dapat membangkitkan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh kemerdekaan.

Dalam ilmu sosiologi, nilai mengandung pengertian yang lebih luas. Nilai (value) dalam konteks sosiologi, berhubungan dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu kondisi dapat terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, mengapa orang tega memukul suporter sepakbola lawan hanya karena kesal tim kesayangannya kalah? Atau, mengapa orang rela mengorbankan nyawa untuk membela kepentingan rakyat miskin? Jawaban atas pertanyaan tersebut merujuk pada keinginan atau cita-cita (luhur) yang ingin dicapai oleh orang atau masyarakat.

Penentuan tentang baik dan buruk atau benar dan salah, dilakukan melalui proses menimbang. Proses penimbangan tersebut tentu dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, tidak heran jika ada banyak perbedaan tata nilai antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, masyarakat yang tinggal di pedesaan lebih menghargai kegiatan yang mengandung nilai keselarasan, keharmonisan, kestabilan, dan kesabaran. Sementara itu, masyarakat kota lebih menghargai kegiatan yang mengandung nilai persaingan, perubahan, tantangan, bahkan konflik.

Perbedaan nilai ini juga dapat kita lihat dari konteks perbedaan keyakinan atau agama, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik (tempat). Contoh perbedaan tata nilai yang disebabkan oleh perbedaan tempat adalah sistem patrilineal dalam masyarakat Batak dan sistem matrilineal dalam masyarakat Minang. Selain faktor tempat, perbedaan tata nilai juga dapat terjadi karena perubahan waktu. Misalnya, peran perempuan dalam masyarakat di masa lalu dan masa kini berbeda. Pada masa lalu, perempuan hanya terbatas mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja. Tetapi pada masa kini, perempuan dapat berperan menjadi politikus, pengacara, guru, ahli biologi atau apapun sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.

No comments:

Post a Comment