Tuesday, March 29, 2016

Peralatan dan Perlengkapan Hidup

Hasil karya manusia melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat dari lingkungannya. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul sebagai cara-cara manusia untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, sebagai cara-cara manusia untuk mengorganisasikan masyarakat, serta sebagai cara-cara manusia untuk mengekspresikan rasa keindahan.

Teknologi pada hakikatnya meliputi tujuh unsur berikut ini.
Alat-Alat Produksi
Yang dimaksud dengan alat-alat produksi adalah alat-alat yang berfungsi untuk melaksanakan suatu pekerjaan produktif. Contoh alat produksi adalah jala ikan, alat penenun kain, alat pemintal benang, cangkul, bajak, mesin percetakan, robot, dan kendaraan. Alat-alat digunakan oleh manusia untuk membantunya dalam menghasilkan sesuatu yang ia perlukan bagi kehidupan. Sebagai contoh, jala ikan dipakai para nelayan untuk menangkap ikan di laut. Hasil tangkapan ini akan dijual sehingga menghasilkan pendapatan baginya. Bentuk dan bahan pembuatan alat-alat ini sangat tergantung pada jenis pekerjaannya. Ada yang terbuat dari benang, kayu, atau besi. Ada yang digerakan dengan mesin. Ada pula yang digerakan dengan tenaga manusia atau hewan.

Senjata
Dalam masyarakat tradisonal, selain digunakan untuk membela diri dari ancaman kelompok lain dan binatang buas, senjata juga dipergunakan untuk berburu dan memperoleh makanan. Dalam hal ini senjata berfungsi sebagai alat produktif. Dalam masyarakat modern, senjata tidak lagi digunakan untuk mencari makanan tetapi lebih sebagai alat membela diri dan olahraga.

Wadah
Wadah adalah alat atau piranti yang berfungsi untuk menampung, menimbun, dan menyimpan barang-barang. Contoh wadah adalah periuk, piring, guci, dan teko. Wadah dapat dibuat dari bambu, kayu, kulit, serat, tanah, batu, kaca, dan logam. Setiap masyarakat dengan berbagai tingkat peradaban telah mengenal teknologi pembuatan wadah. Zaman dahulu, masyarakat mengenal pembuatan wadah yang disebut tembikar dari bahan tanah liat. Saat ini, wadah dapat dibuat dari berbagai macam bahan sesuai dengan fungsinya.

Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman merupakan barang konsumsi. Makanan dapat dikelompokkan atas buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging, dan ikan. Namun saat ini terdapat pula berbagai jenis makanan yang dibuat dari bahan tertentu, misalnya tepung. Tepung dapat diolah menjadi mie, biskuit, dan roti.

Di setiap masyarakat ditemukan cara-cara mengolah makanan yang bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis teknologi yang dikuasai oleh masyarakat setempat. Pada masyarakat tradisional, pengolahan makanan dilakukan dengan dibakar atau dipanaskan di atas tungku api. Bahan makanan yang biasanya dibakar adalah daging dan umbi-umbian. Saat ini, di berbagai toko atau supermarket dapat kita temukan makanan-makanan yang tidak lagi perlu diolah, misalnya permen dan biskuit.

Pakaian dan Perhiasan
Bahan pakaian yang kita kenal sejak dahulu dapat berupa dedaunan, kulit pohon, kulit hewan, hingga bahan-bahan yang ditenun atau dirajut dengan teknologi tertentu. Pembuatan pakaian umumnya dilakukan dengan cara memintal, menenun, atau dengan menggunakan teknologi mesin seperti yang ada di pabrik-pabrik pakaian.

Berdasarkan fungsinya, pakaian dibedakan atas pakaian yang semata-mata untuk menahan pengaruh iklim, pakaian sebagai lambang keunggulan dan gengsi, pakaian sebagai lambang kesucian, dan pakaian sebagai perhiasan badan (mode). Di Indonesia, setiap suku bangsa umumnya mengembangkan corak pakaiannya yang disesuaikan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Masyarakat Jawa misalnya, memiliki pakaian daerah yang disebut kebaya dan batik. Suku bangsa Manggarai memiliki pakaian daerah yang disebut songke dan bali belo.

Selain pakaian sebagai perlengkapan busana, manusia mengenal berbagai perhiasan seperti gelang, kalung, bando, sabuk pinggang, cincin, dan sepatu. Perhiasan-perhiasan ini terbuat dari bahan yang beragam. Ada yang terbuat dari bahan alumunium, emas, kuningan, tembaga, besi, karet, plastik, manik-manik, bahkan kerangka hewan, seperti siput dan kerang.

Sama seperti pakaian, perhiasan umumnya menjadi tanda status sosial seseorang. Pada zaman dulu, orang yang menggunakan perhiasan dari emas yang melingkar hampir di seluruh tubuhnya menunjukkan kalau ia berasal dari kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan. Pada saat ini, semakin mahal dan bermerek perhiasan seseorang, semakin tinggi pula kelas sosial orang yang mengenakannya.

Tempat Berlindung dan Perumahan
Wujud kebudayaan yang paling menonjol pada masyarakat hingga sekarang ini adalah tempat berlindung atau perumahan. Pada masyarakat tradisional, tempat berlindung atau rumah umumnya berupa gua-gua tanah atau batu. Ada pula rumah yang terbuat dari dedaunan, akar dan kulit-kulit kayu atau tanah liat. Pada masyarakat ini, ukuran dan model rumah tidak diperhatikan.

Di beberapa tempat bersalju abadi, penduduk membuat rumah dari balok-balok es, tulang-tulang, dan kulit hewan. Di daerah-daerah peternakan di kawasan padang rumput, rumah terbuat dari ranting-ranting kayu dan kulit hewan yang dikeringkan. Pada masyarakat modern, perumahan dibangun dengan ukuran, bentuk dan bahan-bahan yang bervariasi. Pada umumnya, rumah dibuat dari bahan dasar batu, pasir dan tanah liat atau semen, serta besi.

Ada tiga macam bentuk pokok dari rumah manusia, yaitu rumah yang setengah di bawah tanah, rumah di atas tanah, dan rumah di atas tiang-tiang (rumah panggung). Berdasarkan pemakaiannya, rumah dibedakan menjadi rumah tempat tinggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah suci, rumah pemujaan, rumah tempat berkumpul umum, dan rumah untuk pertahanan atau benteng.

Di Indonesia, setiap suku bangsa umumnya memiliki bentuk atau corak rumah yang berbeda-beda. Hal ini biasanya disesuaikan dengan adat dan kebiasaan hidup masyarakatnya. Sebagai contoh, rumah adat suku bangsa Manggarai di Flores berbentuk panggung. Hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakatnya yang memelihara ternak di bawah rumahnya.

Alat-Alat Transportasi
Manusia adalah makhluk yang selalu bergerak, baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh. Keinginan untuk melakukan perjalanan dan kembali ke pemukimannya secara cepat dan efesien mendorong manusia menciptakan alat-alat transportasi. Alat-alat ini diciptakan bertahap, mulai dari alat yang sederhana, seperti rakit dan gerobak hingga alat yang berteknologi tinggi, seperti mobil, sepeda motor, dan pesawat terbang.

Pada zaman ini, mobil dan sepeda motor tidak hanya dipakai sebagai alat transportasi tetapi juga alat rekreasi dan olahraga. Selain itu, alat-alat transportasi, ini juga bisa menjadi tanda kelas sosial seseorang. Semakin tinggi kelas sosial seseorang, makin mahal dan mewah alat transportasinya.

Sistem Mata Pencaharian
Saat ini, mata pencaharian manusia sangatlah beragam. Beberapa sistem mata pencaharian yang dikenal masyarakat adalah sebagai berikut.

Berburu dan Meramu
Berburu dan meramu merupakan jenis mata pencaharian masyarakat yang paling tua. Sistem mata pencaharian berburu dilakukan langsung dengan cara menangkap dan mengkonsumsi hewan-hewan hasil buruan. Meramu dilakukan dengan cara mengambil dan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan secara langsung.

Pada zaman dahulu, selain menggunakan teknik-teknik berburu konvensional seperti dengan tombak, kegiatan perburuan juga menggunakan ilmu gaib, seperti dengan upacara-upacara tertentu. Pada zaman itu, perburuan dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari anggota keluarga sendiri. Kelompok dipimpin oleh seseorang yang memang dipilih untuk memimpin aktivitas ini. Pembagian hasil buruan didasarkan status atau peran seseorang dalam kelompok tersebut. Seorang pemimpin kelompok tentu mendapat bagian yang lebih banyak daripada anggota kelompok lainnya.

Beternak
Peternakan merupakan salah satu mata pencaharian yang diusahakan secara besar-besaran dan terdapat di berbagai daerah. Peternakan dikembangkan di daerah-daerah yang ditumbuhi padang rumput (sabana dan stepa), misalnya di Asia Tengah dan beberapa kawasan di benua Afrika.

Beberapa suku bangsa peternak memiliki sifat yang agresif. Hal ini disebabkan kepentingan mereka untuk secara terus-menerus menjaga keamanan ternak-ternak mereka dari serangan atau pencurian kelompok-kelompok lain.

Umumnya, kelompok-kelompok peternak juga memerlukan kebutuhan lain selain daging dan susu. Mereka juga membutuhkan beras, gandum atau sayur-sayuran. Untuk itu, kelompok-kelompok ini melakukan hubungan dengan kelompok-kelompok lainnya yang bercocok tanam. Mereka melakukan kegiatan tukar menukar atau berdagang. Namun tidak jarang hal itu dilakukan untuk menguasai dan menjajah kelompok-kelompok lain.

Pada zaman dahulu, kegiatan peternakan dilakukan dalam lingkup keluarga. Artinya, seluruh pekerja peternakan tersebut adalah anggota sebuah keluarga. Pada zaman sekarang, aktivitas ini telah berkembang sebagaimana kegiatan ekonomi lainnya. Mereka mempekerjakan orang lain yang dibayar dengan upah tertentu. Selain itu, pemasarannya tidak lagi hanya terbatas pada lingkup desa atau daerah, tetapi juga lintas negara.

Bertani
Pada masyarakat tradisional, pengolahan tanah pertanian masih dilakukan dengan teknologi-teknologi sederhana. Umumnya, lahan pertaniannya sempit dan sangat tergantung pada alam. Hasil pertanian sebagian besar untuk konsumsi sendiri, sedangkan sisanya untuk dijual keperluan lainnya. Umumnya masyarakat pertanian mengenal adanya tuan tanah, petani, dan buruh tani. Tuan tanah adalah pemilik tanah pertanian. Petani adalah orang yang memanfaatkan tanah pertanian, sedangkan buruh tani adalah orang yang dipekerjakan untuk mengolah tanah pertanian.

Pada masyarakat modern, pengolahan tanah dilakukan dengan memanfaatkan teknologi mutakhir, seperti dengan menggunakan traktor. Bagi dunia pertanian, teknologi berguna untuk menghasilkan panen yang berlipat ganda.

Menangkap Ikan
Menangkap ikan di sungai, danau, atau laut merupakan jenis mata pencaharian yang juga cukup tua selain usaha berburu dan meramu. Menangkap ikan umumnya merupakan usaha sambilan di samping bercocok tanam. Akan tetapi lambat laun beberapa kelompok masyarakat menjadikannya sebagai usaha utama sebagaimana para nelayan atau masyarakat pesisir saat ini.

Pada masyarakat tradisional, kegiatan menangkap ikan umumnya dilakukan dengan teknologi yang sangat sederhana. Mereka umumnya hanya menggunakan jala kecil dengan perahu dayung, perahu layar, atau dengan perahu bermesin kecil. Mereka umumnya menangkap ikan tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Hasil tangkapan mereka umumnya sedikit dan sebagian besar untuk konsumsi sendiri.

Pada masyarakat modern, kegiatan menangkap ikan umumnya sudah dilakukan dengan teknologi yang maju. Mereka menggunakan jala atau alat pancing yang besar dengan kapal-kapal besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pengawetan. Para nelayan ini umumnya bisa menjangkau daerah laut yang luas bahkan hingga ke samudera luas. Hasil tangkapan mereka umumnya untuk dijual ke perusahaan-perusahaan makanan atau restoran-restoran.

Selain, sistem mata pencaharian yang telah disebutkan di atas, terdapat banyak sistem mata pencaharian lain yang kita kenal saat ini. Di antaranya sistem mata pencaharian di bidang jasa. Sistem mata pencaharian ini tidak menghasilkan produk seperti halnya sistem mata pencaharian pertanian dan peternakan. Sistem ini hanya memanfaatkan jasa seseorang atau kelompok. Contoh mata pencaharian bidang jasa adalah konsultan hukum dan jasa pengiriman barang.

No comments:

Post a Comment