Monday, March 21, 2016

Bentuk Pertanian di Indonesia

Secara umum, bentuk pertanian di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu pertanian lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah (pertanian sawah) dibudidayakan secara monokultur dan tumpang sari. Dalam budidaya monokultur, lahan persawahan hanya dimanfaatkan untuk satu jenis tanaman, yaitu padi. Pada sistem tumpang sari, biasanya sebidang lahan dimanfaatkan untuk tanaman lain selain padi, misalnya palawija dan sayuran.

Pertanian lahan kering adalah jenis budidaya pertanian yang memanfaatkan sumber daya air relatif sedikit. Sistem budidaya lahan kering meliputi tegalan, ladang, hortikultura, kebun, dan perkebunan.

a. Sawah
Di daerah dengan sistem pengairan yang baik, padi sawah bisa dipanen tiga kali setahun, terutama jika menggunakan bibit unggul. Di daerah dengan sistem pengairan yang kurang baik, padi hanya bisa dipanen sekali setahun. Sesudah panen, sawah ditanami palawija, misalnya kacang tanah, jagung, kedelai, dan umbi-umbian.

Bentuk pertanian sawah yang biasa dibudidayakan di Indonesia dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sawah tadah hujan, sawah pasang surut, sawah lebak, dan sawah irigasi.

Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya mengandalkan air hujan. Sawah pasang surut adalah sawah yang memperoleh air dari sungai-sungai besar yang bermuara ke laut. Ketika air laut pasang naik, sawah di dekat muara tergenang air sungai karena sungai tidak dapat mengalirkan airnya ke laut. Ketika surut dan air sungai mengalir kembali ke laut, tanah sawah masih bencah oleh endapan lumpur. Ketika musim kemarau, tanah berlumpur itu mulai ditanami. Menjelang musim hujan padi telah tumbuh tinggi sehingga ketika permukaan air naik kembali, bagian atas padi (buah padi) tidak terendam air dan dapat diketam dari atas rakit atau perahu. Pertanian sawah pasang surut dapat kamu jumpai di daerah Sumatra Selatan, Riau, Jambi, dan Kalimantan Selatan. Jenis padi yang ditanam di sawah pasang surut ialah padi banarawa.

Sawah lebak, adalah jenis pertanian padi sawah yang memanfaatkan lahan berupa lumpur endapan di kiri dan kanan sungai yang tidak tergenang aliran air sungai. Pertanian sawah lebak biasanya hanya dapat dipanen satu kali dalam setahun, yaitu pada musim kemarau.

Sistem pertanian padi sawah yang paling baik adalah memanfaatkan irigasi untuk pengairannya. Sistem pengaturan tata air ke seluruh lahan pertanian akan tertata baik, mulai dari sumber pengairan (bendungan/ waduk) sampai ke saluran-saluran tersier. Sawah irigasi yang baik bisa kamu jumpai di kawasan jalur pantura (pantai utara Pulau Jawa). Di Pulau Bali kamu mengenal sistem irigasi sawah ini dengan nama subak.

b. Tegalan
Tanah tegalan terdapat di daerah yang mengandalkan curah hujan. Jenis tanaman yang dibudidayakan ialah tanaman palawija semusim, misalnya singkong, jagung, dan jenis kacang-kacangan.

c. Ladang
Perladangan merupakan jenis pertanian lahan kering yang memanfaatkan tanah dengan budidaya tanaman padi (tanaman pangan) selain palawija. Jenis padi yang diupayakan adalah padi gogo. Di Jawa Barat, ladang dikenal dengan istilah-huma.

Sistem pertanian ladang banyak dilakukan di luar Pulau Jawa, misalnya di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kegiatan pertanian seperti ini dilakukan dengan cara membuka lahan hutan. Setelah dua sampai tiga kali panen, lahan tersebut akan berkurang kesuburannya. Untuk meneruskan perladangan, mereka berpindah tempat membuka hutan baru dengan cara sama.

Kegiatan berladang dilakukan terus-menerus dengan perpindahan area pertanian yang, terus-menerus pula. Pada suatu saat peladang akan kembali ke lahan pertama, yang kondisinya sudah menjadi hutan kembali. Pertanian ladang berpindah penghasilannya sedikit, dan sangat merugikan pelestarian hutan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk memukimkan para peladang berpindah. Contoh kegiatan perladangan tradisional dilakukan masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak (Banten).

d. Kebun
Secara sederhana, berkebun dapat dilaksanakan di pekarangan rumah. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan lahan kosong dan menambah pendapatan. Di pedesaan, lahan pertanian kebun umumnya cukup luas. Lahan ditanami tanaman bersifat komersial, baik untuk komoditas ekspor maupun untuk dijual di dalam negeri, misalnya karet dan cokelat.

Untuk mempertinggi kesejahteraan petani tanaman komersial ini, pemerintah telah melakukan berbagai usaha, antara lain melalui perkebunan inti rakyat (PIR). PIR diwujudkan dalam program perluasan lahan pertanian dengan menyatukan usaha pertanian yang lahannya sempit.

e. Hortikultura
Hortikultura merupakan bagian pertanian lahan kering. Jenis tanaman yang biasa diupayakan, antara lain sayur-sayuran, buah-buahan, atau bunga-bungaan. Beberapa tujuan kegiatan hortikultura ialah
1) meningkatkan hasil pertanian;
2) mengurangi resiko gagal panen;
3) menjaga kesuburan tanah.

Indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman hortikultura. Beberapa contoh jenis tanaman hortikultura adalah
1) kelompok sayuran, misalnya kubis, wortel, tomat, mentimun, dan kol;
2) kelompok buah-buahan, misalnya mangga, nanas, durian, jambu, dan apel;
3) kelompok bunga-bungaan, misalnya mawar, aster, dahlia, dan anggrek.

Tanaman hortikultura banyak diupayakan penduduk yang tinggal di daerah dataran tinggi karena suhu udaranya relatif sejuk, yaitu di ketinggian 500-1.500 meter di atas permukaan laut. Daerah persebaran pertanian hortikultura di Indonesia, antara lain kawasan Lembang, Pangalengan, Puncak (Jawa Barat), Wonosobo, sekitar Dieng (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur), dan Tanah Karo (Sumatra Utara).

f. Perkebunan
Bentuk lain pemanfaatan lahan kering, adalah perkebunan, baik dibudidayakan secara sederhana oleh masyarakat maupun dikelola oleh pemerintah atau swasta secara besar-besaran. Jenis tanaman yang diupayakan sangat beragam di tiap-tiap daerah. Hal ini sangat bergantung pada syarat-syarat kecocokan lingkungan hidup tumbuhan tersebut, misalnya suhu, ketinggian tempat, dan jenis tanah.

Di daerah pantai yang memiliki rata-rata suhu harian tinggi banyak kamu jumpai daerah perkebunan kelapa dan kelapa sawit. Di kawasan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut sangat baik untuk dijadikan area perkebunan kopi, tebu, dan karet. Wilayah yang memiliki ketinggian 700-1.500 meter merupakan daerah yang sangat cocok untuk wilayah perkebunan teh dan tembakau.

Berdasar pada skala pengusahaannya, perkebunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar.

1) Perkebunan rakyat
Perkebunan rakyat adalah jenis perkebunan yang diupayakan oleh penduduk dalam skala kecil dengan ciri-ciri
a) lahan yang diupayakan tidak terlalu luas dan terbatas pada lahan di sekitar tempat tinggal;
b) modal atau dana yang diinvestasikan kecil;
c) peralatan atau teknologi yang digunakan masih sederhana sampai tingkat menengah;
d) produksinya sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan rumah tangga.

2) Perkebunan besar
Perkebunan besar adalah usaha perkebunan secara besar-besaran dan intensif, baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Ciri perkebunan besar, antara lain
a) lahan yang dijadikan area perkebunan sangat luas;
b) dana yang diinvestasikan besar;
c) peralatan atau teknologi yang digunakan sudah modern;
d) melibatkan tenaga kerja dalam jumlah banyak;
e) produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

No comments:

Post a Comment