Tuesday, March 29, 2016

Tipe-tipe kelompok sosial

Setelah paham tentang pengertian dan ciri-ciri sebuah kelompok sosial, Anda mungkin bertanya, "seperti apa bentuk kelompok sosial dalam kenyataannya?" Beberapa klasifikasi berikut akan membantu Anda menjawab pertanyaan tersebut.

Klasifikasi Durkheim
Durkheim membagi kelompok sosial menjadi dua, yakni kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri dari masyarakat yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja.

Tiap-tiap keIompok dapat mernenuhi keperluan mereka masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok di luarnya.

Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu suatu kesadaran bersama yang memiliki tiga karakteristik, yaitu mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, ada di luar warga, dan bersifat memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran kesadaran bersama akan dikenai hukuman yang bersifat represif (hukuman pidana). Kesadaran bersama itu menjaga persatuan, sedangkan hukuman bertujuan agar kondisi tidak seimbang akibat perilaku menyimpang dapat pulih kembali.

Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifat mengikat, sehingga unsur-unsur di dalam masyarakat tersebut saling bergantung. Karena adanya kesalingtergantungan ini, ketiadaan salah satu unsur akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup bermasyarakat.

Pada masyarakat dengan solidaritas organik, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai profesi. Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata. Sanksi terhadap pelanggaran kesepakatan bersama bersifat restitutif. Artinya, si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada yang dirugikan untuk mengembalikan keseimbangan yang telah ia langgar.

Klasifikasi Ferdinand Tonnies
Menurut Ferdinand Tonnies, kelompok di dalam masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu gemeinschaft dan gesselschaft. Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif. Suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Contohnya adalah, ikatan perkawinan, agama, bahasa, adat, dan rumah tangga.

Gesselschaft merupakan kehidupan publik sebagai sekumpulan orang yang secara kebetulan hadir bersama tapi masing-masing tetap mandiri. Gesselschaft bersifat sementara dan semu. Di dalam gemeinschaft individu tetap bersatu meskipun tinggal secara terpisah, sebaliknya di dalam gesselschaft, individu pada dasarnya terpisah meskipun ada faktor pemersatu. Contoh gesselschaft adalah ikatan pekerja, dan ikatan pengusaha.

Klasifikasi Charles H. Cooley dan Ellsworth Farris
Menurut Charles H. Cooley, di dalam masyarakat terdapat kelompok primer. Kelompok ini ditandai dengan pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim. Ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman bermain pada masa kecil, rukun warga, dan komunitas orang dewasa. Pergaulan yang intim ini menghasilkan keterpaduan individu dalam satu kesatuan, membuat seseorang hidup dan memiliki tujuan kelompok bersama.

Klasifikasi kelompok juga diungkapkan oleh Ellsworth Farris. Ia mengkritik Cooley yang menurutnya hanya menjelaskan kelompok primer. Menurut Farris, di dalam masyarakat juga terdapat kelompok sekunder yang formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan. Contoh kelompok sekunder adalah koperasi dan partai politik.

Klasifikasi W.G. Sumner
Sumner membagi kelompok menjadi dua, yaitu in-group dan out-group. Menurut Sumner, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok, yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group).

Di kalangan kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian. Apabila kelompok dalam berhubungan dengan kelompok luar, muncullah rasa kebencian, permusuhan, perang, atau perampokan. Rasa kebencian itu diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain dan menimbulkan perasaan solidaritas dalam kelompok (in-group feeling). Anggota kelompok menganggap kelompok mereka sendiri sebagai pusat segala-galanya (etnosentris).

Kajian dari Sumner ini bisa digunakan untuk menjelaskan masalah tawuran antarsiswa. Sebagaimana masyarakat primitif, di kalangan siswa dari suatu sekolah dapat muncul in-group feeling yang kuat, yang terwujud dalam rasa solidaritas, kesetiaan, dan pengorbanan. Perasaan ini dapat memicu etnosentrisme sehingga mereka memandang siswa dari sekolah lain dengan penuh rasa permusuhan, kebencian, dendam, dan hasrat ingin menyakiti. Rasa permusuhan antarsekolah ini diwariskan oleh satu angkatan siswa ke angkatan siswa yang lain.

Klasifikasi Soerjono Soekanto
Berbeda dengan Durkheim, Tonnies, Cooley, Farris, dan Sumner, Soerjono Soekanto membagi jenis kelompok berdasarkan enam hal, yaitu besar kecilnya jumlah anggota, kepentingan wilayah, derajat organisasi, derajat interaksi sosial, kesadaran terhadap jenis yang sama, serta hubungan sosial.

Berdasarkan Besar Kecilnya Jumlah Anggota
Kelompok sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah anggotanya. Menurut George Simmel, bentuk terkecil kelompok sosial terdiri dari satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakan, monad. Kemudian, monad dikembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang yang disebut dyad dan triad, serta kelompok-kelompok kecil lainnya. Di samping itu, sebagai perbandingan, Simmel menelaah kelompok-kelompok yang lebih besar, yaitu kelompok yang anggotanya masih saling mengenal (face-to-face groupings). Contoh kelompok jenis ini adalah keluarga, rukun tetangga, dan desa. Kelompok itu dapat berkembang juga menjadi kelompok-kelompok sosial yang lebih luas seperti kota, korporasi, dan negara, di mana anggota-anggotanya tidak memiliki hubungan yang erat.

Berdasarkan Pada Kepentingan dan Wilayah
Ukuran lain yang menentukan jenis kelompok sosial adalah kepentingan dan wilayah. Suatu komunitas, misalnya, merupakan kelompok-kelompok atau kesatuan-kesatuan atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan khusus tertentu. Berbeda dengan komunitas asosiasi justru dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu. Sudah tentu anggota-anggota komunitas maupun asosiasi sedikitnya sadar terhadap adanya kepentingan-kepentingan bersama, walaupun tidak dikhususkan secara terinci.

Berlangsungnya suatu kepentingan merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial. Suatu kerumunan (ephimeral group) misalnya merupakan kelompok yang hidup sebentar saja karena kepentingannya tidak berlangsung lama. Lain halnya dengan kelas atau komunitas yang kepentingannya relatif tetap.

Berdasarkan Derajat Organisasi
Berdasarkan derajat organisasi, kelompok sosial dapat berupa kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali, seperti negara, sampai dengan kelompok yang tak terorganisasi seperti kerumunan.

Berdasarkan Kesadaran terhadap Jenis yang Sama
Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama, kelompok sosial dapat dibagi atas in-group dan out-group. Setiap kelompok sosial di mana saja berada selalu memiliki apa srang disebut kelompok in-group (kelompok dalam) dan out-group (kelompok di luar kelompoknya).

Pada in-group, orang mendapatkan pemahaman bahwa "kami" berbeda dengan "mereka". Artinya, terdapat identitas yang membedakan antara orang-orang di dalam kelompok dan orang-orang yang berada di luar kelompok. Identitas yang dimiliki bersama di dalam kelompok menjadi "kami" atau "milik kami". Sebaliknya identitas yang berasal dari luar kelompok disebut dengan istilah "mereka" atau "milik mereka".

Sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat pada anggota-anggota kelompoknya, sedangkan sikap terhadap out-group selalu ditandai dengan antagonisme atau antipati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam dan luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme.

In-group maupun out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Dalam masyarakat yang sederhana jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat yang sudah kompleks.

Berdasarkan Hubungan Sosial dan Tujuan
Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi kelompok primer dan kelompok sekunder.
1. Kelompok primer (primary group) adalah kelompok-kelompok yang saling mengenal anggotanya, serta terdapat kerja sama yang bersifat pribadi. Contoh kelompok primer adalah keluarga, kelompok sepermainan, dan rukun tetangga. Jadi, kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana orang dapat mengenal orang lain secara pribadi dan akrab.

Hal tersebut dilakukan melalui hubungan yang bersifat informal, akrab, personal, spontan, sentimental, dan eksklusif. Syarat-syarat kelompok primer adalah sebagai berikut.
a) Anggota kelompok secara fisik saling berdekatan dan terdapat interaksi yang intensif.
b) Kelompok tersebut merupakan kelompok kecil, sehingga tiap individu relatif mudah untuk berinteraksi secara langsung.
c) Terdapat hubungan yang langgeng antaranggota yang bersangkutan, biasanya ada hubungan darah, kekerabatan, ataupun pertemanan.

2. Kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, hubungannya tidak harus saling mengenal secara pribadi, kurang akrab, dan sifatnya tidak begitu langgeng karena mereka berkumpul berdasarkan kepentingan yang sama. Contoh kelompok sekunder antara lain terdapat pada orang-orang yang melakukan hubungan kontrak (jual-beli) yang melibatkan munculnya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hubungan ini sangat rentan terhadap konflik, terutama jika salah satu pihak melanggar hak-haknya.

Dalam konteks Indonesia, kelompok primer dan kelompok sekunder tercermin dalam paguyuban dan patembayan.
1. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat alamiah, serta bersifat kekal. Contohnya, hubungan yang terdapat dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan hubungan dengan tetangga pada masyarakat tradisional atau pada masyarakat pedesaan. Menurut Tonnies, paguyuban memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Intim, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra.
b) Privat, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja.
c) Eksklusif, hubungan tersebut hanya untuk kelompoknya sendiri dan bukan untuk orang luar.

Paguyuban dapat dibedakan atas 3 tipe, sebagai berikut.
a) Paguyuban karena ikatan darah atau keturunan. Contohnya, keluarga dan kelompok kekerabatan.
b) Paguyuban karena tempat tinggal, yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling tolong-menolong. Contohnya, rukun tetangga, rukun warga, dan kelompok arisan.
c) Paguyuban karena jiwa dan pikiran, yaitu paguyuban yang anggotanya memiliki jiwa dan pikiran dan ideologi yang sama.

2. Patembayan merupakan bentuk kehidupan bersama di mana di antara anggotanya terdapat ikatan lahir yang bersifat pokok dalam jangka waktu yang relatif pendek. Strukturnya bersifat mekanis seperti mesin yang setiap komponennya memiliki fungsi atau kegunaan. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat patembayan yang diutamakan adalah berlangsungnya suatu hubungan perjanjian atau kontrak yang memiliki tujuan tertentu dan bersifat rasional. Masyarakat patembayan bersifat sementara. Contoh patembayan adalah hubungan dalam dunia industri atau organisasi politik.

No comments:

Post a Comment