Saturday, March 26, 2016

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

Kontak Sosial
Kata "kontak" (Inggris: "contact”) berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak.

Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

Komunikasi
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Misalnya, seorang gadis dikirimi sekotak cokelat tanpa nama pengirim. Gadis itu menerimanya dengan suka cita. Tapi ia bertanya-tanya, siapa yang mengirimkannya, apa maksudnya, apakah sekotak cokelat itu simbol cinta kasih atau hanya sekadar simbol persahabatan? Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan reaksi dan tafsiran si gadis terhadap si pemberi cokelat.

Ada lima unsur pokok dalam komunikasi. Kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.

Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1. Encoding. Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.

2. Penyampaian. Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.

3. Decoding. Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.

Suatu kontak dapat terjadi tanpa adanya komunikasi. Contohnya, orang bicara dalam bahasa Padang kepada orang yang hanya mengerti bahasa Jawa. Dalam kasus tersebut, kontak sosial sudah terjadi, tapi mereka tidak berkomunikasi sebab salah satu peserta komunikasi tidak bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh yang lain. Dengan demikian, suatu kontak tanpa adanya komunikasi tidak memiliki arti apa-apa dalam sebuah interaksi sosial.

Interaksi sosial sendiri menjadi salah satu kajian penting dalam sosiologi. Beberapa tokoh sosiologi (sosiolog) mengkhususkan diri dalam melakukan studi terhadap interaksi sosial. Untuk mempelajari interaksi sosial, sosiolog menggunakan pendekatan tertentu yang dikenal dengan istilah perspektif interaksionis (interactionist perspective).

Salah satu pendekatan yang terkenal dalam perspektif interaksionis adalah interaksionisme simbolik. Kata "simbolik" mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalarn interaksi. Simbol adalah sesuatu yang diberi nilai dan makna oleh penggunanya. Dengan demikian, simbol yang sama dapat memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap orang. Misalnya, warna putih bisa diartikan sebagai pernyataan menyerah dalam perang atau bisa diartikan suci.

Menurut Herbert Blumer, ada tiga pokok pikiran interaksionisme simbolik, yaitu act, thing, dan meaning. Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning). Misalnya, tindakan (act) orang Hindu di India terhadap sapi (thing), berbeda dengan tindakan orang Islam terhadap sapi. Karena makna sapi (meaning) bagi kedua orang itu berbeda. Menurut orang Hindu di India, sapi adalah binatang suci, sedangkan menurut orang Islam tidak.

Makna itu sendiri muncul dari interaksi sosial. Makna itu tidak langsung diberikan atau ditanggapi begitu saja oleh seseorang, tapi melalui proses penafsiran lebih dulu. Contohnya, seorang gadis yang menerima ucapan salam dari seorang pemuda di pinggir jalan tidak langsung menjawab salam tersebut. Ia akan mereka-reka atau menafsirkan dulu, apakah pemuda itu berniat baik atau buruk.

W.I. Thomas (1968) juga menyatakan bahwa seseorang tidak langsung bereaksi atau memberi tanggapan (response) terhadap rangsangan dari luar (stimulus), tapi didahului oleh tahap penilaian atau pertimbangan berdasarkan definisi situasi. Misalnya, pada contoh gadis dan ucapan salam di atas. Jika gadis itu mendefinisikan bahwa pemuda di pinggir jalan yang mengucapkan salam kepadanya tidak berniat baik, ia akan bereaksi atau bertindak sesuai dengan definisi yang ia buat, yaitu tidak menjawab ucapan salam tersebut.

Sosiolog lain yang memberi pemikiran penting dalam kajian interaksi sosial adalah Erving Goffman. Menurut Goffman, individu yang bertemu dengan orang lain akan mencari informasi tentang orang tersebut agar ia dapat mendefinisikan situasi. Dalam pertemuan itu, masing-masing pihak, sengaja atau tidak, membuat pernyataan (ekspresi) agar pihak yang lain terkesan (impresi). Usaha mempengaruhi kesan orang lain ini disebut Goffman sebagai pengaturan kesan (impression management).

Goffman membedakan ekspresi dalam dua macam, yaitu ekspresi yang diberikan dan ekspresi yang dilepaskan. Ekspresi yang diberikan (expression given) adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk memberi kesan atau informasi sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku atau pernyataan itu memang biasa dilakukan. Sementara itu, ekspresi yang dilepaskan (expression given off) adalah pernyataan yang mengandung informasi, yang menurut orang lain memunculkan ciri tertentu dari si pembuat ekspresi. Misalnya, orang yang diberi pertolongan selayaknya mengucapkan terima kasih. Tetapi, ada orang yang mengucapkan terima kasih dengan berwajah masam. Ucapan terima kasih adalah ekspresi yang diberikan, sedangkan wajah masam adalah ekspresi yang dilepaskan yang dapat menunjukkan perasaan orang itu sebenarnya.

Interaksi sosial menjadi sangat penting dalam kehidupan sosial. Dari interaksi antarindividu, individu dan kelompok, dan antarkelompok akan tumbuh jalinan kerja sama, saling membutuhkan, dan saling pengertian yang sangat penting dalam mewujudkan kehidupan bersama yang dinamis. Interaksi sosial adalah bentuk umum proses sosial, di mana individu dan kelompok mengembangkan cara-cara berhubungan dengan individu dan kelompok lain. Mereka saling bertemu dan menentukan sistem dan bentuk-bentuk hubungan yang dipakai. Mereka juga menentukan hubungan apa yang akan terjadi jika ada perubahan yang dapat mengganggu pola kehidupan yang telah ada. Dalam proses sosial ini, ada pengaruh timbal balik antara berbagai aspek dalam masyarakat, misalnya, pengaruh timbal balik antara sosial dan politik, ekonomi dan politik, atau ekonomi dan hukum. Dari proses sosial ini, akan berkembang aktivitas-aktivitas sosial yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Interaksi antara individu dan individu dapat bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif artinya saling menguntungkan, sedangkan bersifat negatif artinya merugikan salah satu pihak atau keduanya (bermusuhan). Contoh interaksi yang positif adalah kegiatan seorang ibu membantu anaknya belajar. Contoh interaksi yang negatif adalah peperangan atau perkelahian antara dua kelompok atau negara.

Interaksi sosial antara individu dan kelompok misalnya terjadi antara seorang pelatih sepak bola dengan para pemainnya. Ketika hendak bertanding, pelatih menerangkan strategi bertanding, sedangkan para pemain mendengarkan sambil sesekali bertanya dan mengajukan usulan. Demikian pula interaksi antara guru dan murid-muridnya. Dalam interaksi antara individu dan kelompok ini dapat terjadi pula interaksi sosial antarindividu, misalnya pemain sepak bola yang satu dengan pemain lain membahas keterangan dari pelatih.

Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok misalnya tampak saat persatuan pemuda dari berbagai daerah bertemu untuk membahas acara kongres pemuda nasional. Tiap kelompok akan mengajukan saran tentang jenis-jenis acara yang ingin mereka tampilkan. Pada umumnya, interaksi sosial antarkelompok tidak berhubungan dengan kepentingan pribadi atau kepentingan individu sebagai anggota kelompok.

Interaksi sosial juga bisa terjadi meskipun orang yang saling bertemu muka tidak saling berbicara secara verbal (bicara dengan bahasa lisan) atau sengaja saling menukar tanda-tanda. Hal ini disebabkan masing-masing orang tersebut saling menyadari keberadaan pihak lain yang dapat menyebabkan perubahan dalam hal perasaan dan syaraf. Contoh, bau keringat, minyak wangi, atau suara sepatu orang yang sedang berjalan. Semuanya akan menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang akan menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya, seperti menutup hidung ketika tercium bau keringat atau menoleh dan mencari tahu dari mana asal suara sepatu.

No comments:

Post a Comment